TAPTENG, TAPANULIPOST.com – Pj Bupati Tapteng, Elfin Elyas akan meresmikan Museum Fansuri Situs Bongal di Desa Sijago-jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah besok, Sabtu (12/5/2023).
Sultanate Institute selaku Pendiri Museum telah melaksanakan Webinar Bincang Pakar dalam rangka di Desa Sijago-jago, Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah, Jumat (12/5/2023) sore.
Dalam kegiatan Webinar tersebut dihadirkan sejumlah pakar Arkeologi untuk membahas dua topik yang berkaitan dengan Situs Bongal.
Pj Bupati Tapteng Elfin Elyas didaulat menjadi Narasumber pada acara Webinar Bincang Pakar tersebut.
Adapun topik yang dibahas yakni, Situs Bongal, Jejak Arkeologi Jalur Rempah di Pantai Barat Sumatra Abad 7-10 M. Konservasi Cagar Budaya Nasional Situs Bongal, Situs Warisan Dunia.
Pj Bupati Tapteng Elfin Elyas berharap Situs Bongal yang ada di Desa Sijago-jago menjadi World Heritage Site atau Situs Warisan Dunia.
“Dunia harus tahu bahwa di Tapteng pernah ada peradaban yang kosmopolitan pada masa lampau yaitu mulai Abad ke 2 M sampai Abad ke 10 M,” kata Pj Bupati Elfin Elyas.

“Kami Pemerintah Daerah mimpi agar Situs Bongal ini menjadi pusat edukasi dunia dan juga ekowisata, sehingga akan terbangun ekonomi masyarakat,” tambahnya.
Museum Fansuri Situs Bongal menyimpan sejumlah artefak kuno hasil penelitian ekskavasi yang akan dilakukan oleh Balai Arkeologi Sumut dengan PT. Media Literasi Nesia di Situs Bongal, Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah.
Kegiatan ekspedisi penyisiran geomorfologi kawasan Situs Bongal, oleh Tim Ekspedisi Sultanate Institute dari PT. Media Literasi Nesia dengan pendampingan oleh tenaga ahli dari Balai Arkeologi Sumatra Utara sejak 2020 lalu.
Setelah ekspedisi tahun 2020, ekskavasi pertama dimulai pada 15-31 Januari 2021, diketuai oleh arkeolog Dr. Ery Soedewo.
Ekskavasi menghasilkan temuan artefak yang kompleks dan beragam, yang mengindikasikan Situs Bongal merupakan bekas kawasan bandar pelabuhan kosmopolitan, dimana temuan artefaktualnya berasal dari kawasan mancanegara, di antaranya dari Timur Tengah dan aneka pecahan keramik asal China masa Dinasti Tang (abad 7-10 M).
Penemuan artefak kuno tersebut menunjukkan sebuah bukti awal tentang aktivitas komunitas masyarakat masa lampau dari berbagai kawasan dunia di Tapanuli Tengah. Khususnya, perihal relasi kawasan Pesisir Barat Sumatra dengan koneksi internasional dalam jalur pelayaran dan perdagangan.
Situs Bongal juga menyimpan level peradaban yang tinggi. Interaksi yang terjalin begitu erat, mendorong lahirnya aktivitas industri di Situs Bongal. Bukti-bukti ini ditunjukkan dengan ditemukannya artefak yang melimpah, yang merupakan jejak aktivitas perindustrian. seperti keramik, kaca, peralatan medis, peralatan tenun, dan alat-alat pencetak koin serta sejumlah koin kuno.

Ekskavasi juga menemukan temuan fenomenal berupa tempayan yang berisi banyak artefak berupa manik-manik dan perhiasan yang diduga berasal dari masa abad awal masehi di kawasan struktur batuan bekas pemukiman.
Guna memastikan usia pertanggalan artefak temuan Situs Bongal, uji pertanggalan artefak dilakukan pada 13 artefak yang terdiri dari kayu nibung, kayu wadah tinta atau kalam, kayu alat tenun, kayu sisir tenun, tali ijuk, pala, getah damar, dan kemiri, dengan metode Accelerator Mass Spectrometry (AMS) Radiocarbon Dating melalui Waikato University Selandia Baru.
Uji pertanggalan ini kemudian menghasilkan petunjuk jejak peradaban Situs Bongal yang berasal dari abad 7 sampai 10 Masehi, sehingga hasil uji pertanggalan ini mengungkap wawasan kesejarahan tentang identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang menempati kawasan kepulauan strategis, yang menghubungkan interaksi antar peradaban melalui jalur perdagangan maritim global sejak 1400 tahun yang lalu. (red)
Baca Berita menarik lainnya dari Tapanulipost.com di GOOGLE NEWS
Tinggalkan Balasan